Sabtu, 18 November 2017

Pengertian, Ciri-Ciri, Unsur Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik Cerpen Bahasa Indonesia

Pengertian Cerpen
Cerpen (cerita pendek) adalah salah satu jenis karya sastra yang dijelaskan dalam bentuk tulisan dan berwujud cerita atau kisah secara singkat, ringkas dan jelas. Cerpen yang biasa disebut juga dengan prosa fiksi, memiliki isi pengisahan yang hanya terfokus pada satu permasalahan atau konflik. Singkatnya, alur cerita pendek hanya berpusat pada satu konflik.

Ciri-ciri Cerpen
1. Memiliki jumlah kata tidak lebih dari 10.000 kata.
2. Memiliki proporsi penulisan yang lebih singkat dibandingkan dengan Novel.
3. Kebanyakan memiliki isi cerita yang mencerminkan kehidupan sehari-hari.
4. Memiliki tokoh yang lebih sederhana dan tidak mendetail.
5. Bersifat Fiktif.
6. Membacanya tidak membutuhkan waktu berjam-jam, habis dibaca sekali duduk.
7. Kata-katanya mudah sekali dipahami oleh pembaca.
8. Pesan dan kesan yang diberikan sangat mendalam sehingga pembaca akan ikut merasakan kesan dari cerita tersebut.

Unsur Intrinsik Cerpen
Secara umum, setiap membaca cerpen, kalian akan menemukan enam unsur pembentuk cerita seperti di bawah ini.

1. Tokoh dan Penokohan
Setiap cerita pasti memiliki tokoh-tokoh yang menjadi pemain di dalamnya. Tidak hanya menjadi tokoh yang diam, pemain-pemain dalam sebuah prosa memiliki sikap dan peran dalam membentuk cerita. Karena itulah, unsur instrinsik cerpen berupa tokoh dan penokohan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Ketika menemukan seorang tokoh dalam cerita, secara tidak langsung kamu akan digiring untuk mengetahui peran dan sikapnya dalam suasana yang hendak dibangun pada cerpen tersebut. Sikap dan peran tersebutlah yang disebut sebagai penokohan, sementara nama-nama dari tiap pemain disebut sebagai tokoh.

2. Alur
Sebagian orang sulit membedakan alur dengan jalan cerita. Padahal, simpelnya, alur adalah rangkaian cerita yang memiliki hubungan sebab-akibat (kausalitas) sehingga membentuk suatu kesatuan. Sementara itu, jalan cerita hanyalah rangkaian cerita yang berbentuk kronologis dari awal sampai akhir, tanpa disertai hubungan kausalitas yang kuat.

Secara sederhana, alur memiliki beberapa tahapan, mulai awalnya pengenalan, konflik, komplikasi (kerumitan), klimaks, leraian, sampai pada penyelesaian. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing bagian alur.

a. Pengenalan
Pada tahap ini, pembaca dikenalkan pada tokoh, penokohan, hingga latar sebuah cerita.

b. Konflik
Setelah itu, pembaca akan dihadapkan pada bagian cerita yang menampilkan masalah utama dari kisah. Masalah bisa menyangkut persoalan dalam diri sang tokoh, perselisihan dengan tokoh lain, sampai antara satu tokoh dan lingkungannya. Untuk cerpen, biasanya hanya ada satu konflik yang membangun kisahnya.
c. Klimaks
Ketika masalah sudah mencapai puncaknya, itulah yang dikenal dengan istilah klimaks. Di tahap ini pembaca bisa mendapatkan puncak ketegangan dari persoalan yang diusung pengarang.

d. Leraian
Setelah mencapai puncak, persoalan akan menemui titik balik yang cenderung menurun. Tingkat ketegangan berkurang karena masalah sedang menuju pada tahap akhir.

e. Penyelesaian
Tahap akhir yang dimaksud adalah penyelesaian. Pada bagian ini, semua masalah diuraikan dan didapati solusinya. Namun, ada juga cerpen yang membuat penyelesaiannya secara terbuka sehingga bagian solusi tidak diceritakan.

Kelima bagian alur di atas tidak mesti terjadi secara berurutan. Apalagi pada cerpen-cerpen modern, kamu bisa saja menjumpai kisah yang dimulai dari klimaks dan berujung pada klimaks juga.

Selain memiliki tahapan, alur sebuah cerita juga memiliki jenisnya masing-masing. Secara umum, ada tiga jenis alur yang bisa ditemukan pada cerpen.

a. Alur Maju
Pada model alur ini, cerita dijabarkan secara kronologis dan mengikuti ketentuan waktu yang selalu bertambah. Untuk cerita dengan alur maju, tahapan alurnya cenderung konvensional, yaitu pengenalan-konflik- klimaks, leraian-penyelesaian.

b. Alur Mundur
Model alur ini biasanya menampilkan konflik atau penyelesaian terlebih dahulu. Dari sana, barulah diceritakan ulang mengenai tahapan masalah yang membentuk alur sehingga terkesan waktunya bergerak mundur dan disebut sebagai alur mundur.

c. Alur Kilas Balik (Flash Back)
Alur kilas balik merupakan penggabungan alur maju yang disertai kilasan-kilasan kisah yang sifatnya mengenang atau mengingat. Kenangan ini diceritakan pula secara detail untuk membangun kelengkapan cerita.

3. Latar
Unsur intrinsik cerpen yang satu ini sering disebut sebagai setting dan mencakup tiga hal di dalamnya, yakni latar waktu, latar tempat, dan latar suasana yang membangun sebuah peristiwa. Pada intinya, latar merupakan gambaran suasana yang terjadi pada sebuah cerita.

a. Latar Waktu
Menggambarkan kapan peristiwa dalam kisah tersebut terjadi.
b. Latar Tempat
Menggambarkan di mana dan lokasi tempat terjadinya peristiwa.
c. Latar Suasana
Menggambarkan cara peristiwa itu terjadi dan perasaan yang dialami para tokoh.

4. Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan bagian unsur intrinsik cerpen yang menjelaskan pencerita yang mengisahkan cerpen tersebut. Dalam prosa, umumnya ada dua jenis sudut pandang, yaitu sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga.

a. Sudut Pandang Orang Pertama
Model sudut pandang yang satu ini biasa diceritakan oleh kata ganti orang pertama, yaitu “aku”. Pencerita sebagai aku bisa memiliki dua peran, yakni dia sebagai pemeran utama cerita tersebut ataupun dia hanya sebagai pengamat dari tokoh-tokoh lain yang diceritakannya.

b. Sudut Pandang Orang Ketiga
Sudut pandang yang memakai orang ketiga ditandai dengan penggunaan kata ganti “dia” untuk menunjuk para tokoh yang bermain dalam cerita. Model sudut pandang ini juga dapat dibagi menjadi dua jenis. Yang pertama adalah sudut pandang orang ketiga sebagai narator serbatahu yang bisa menjelaskan isi hati dan rahasia dari peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh. Yang kedua adalah sudut pandang orang ketiga sebagai tokoh bawahan yang berfungsi sebagai pengamat.

5. Gaya Bahasa dan Penceritaan
Dalam sebuah cerpen, kamu akan menemukan banyak kiasan ataupun bahasa yang terkesan lebih lembut atau lebih kasar. Inilah yang disebut sebagai gaya bahasa. Setiap pengarang memiliki gaya bahasa yang berbeda dan ini juga berhubungan dengan penceritaan yang dibangunnya pada sebuah cerpen.

Gaya bahasa biasanya berbentuk majas untuk merefleksikan atau mengasosiasiakan sebuah kalimat. Ada juga gaya bahasa yang menampilkan makna-makna konotatif untuk memperindah tampilan cerita.

6. Tema dan Amanat
Tema sebuah cerita akan selalu berhubungan dengan amanat yang hendak disampaikan oleh pengarah dalam pengisahannya. Jadi, sulit untuk memisahkan kedua unsur ini guna berdiri sendiri-sendiri.

Meskipun berkaitan, tema dan amanat memiliki arti yang berbeda sebagai unsur intrinsik cerpen. Tema adaah gagasan dasar yang ada dalam sebuah cerita. Sebagai contoh ketika membaca cerpen tentang perayaan Hari Pahlawan, kamu akan menemukan ide cerita yang mengangkat masalah nasionalisme ataupun sikap rela berkorban.

Sementara itu, amanat merupakan nilai-nilai yang bisa dipetik dalam kisah yang dibaca. Nilai tersebut akan selalu berhubungan dengan tema yang mendasari cerpen tersebut.

Unsur Ekstrinsik Cerpen
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur cerpen yang berada diluar karya sastra. Akan tetapi, secara tidak langsung unsur ini mempengaruhi proses pembuatan suatu cerpen. Unsur ekstrinsik cerpen antara lain:

1. Latar belakang penciptaan
Latar belakang ini berkaitan dengan tujuan karya sastra cerpen itu dibuat.

2. Latar belakang sejarah pengarang
Unsur ini berkaitan dengan kondisi sosial sang penulis.

3. Kondisi masyarakat
Hal-hal yang berkaitan dengan kondisi masyarakat ketika cerpen atau karya sastra itu dibuat.

4. Unsur psikologis
Unsur ini berkaitan dengan psikologis sang penulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar